Nyalanya kembali.

Tjandra Santosa
2 min readAug 18, 2021

Alur narasi saya yang tidak konsisten terulang, tapi bodo amat dah! Saya nulis buat diri saya sendiri juga, jadi biarin tiap ceritanya mengalir dengan sendirinya saja.

Nah! hari ini sama, membosankan dan berulang dengan stagnan. So-so aja, tapi diujung hari saya menemukan nyala api yang dulu begitu terang. Nyala api yang hanya setitik kecil, tapi menjadi pusat perhatian ruang kosong yang gelap ini. Terima kasih rutinitas konstan yang saya benci, karena mu nyala itu kembali.

Mungkin bila anda bekerja di industri yang memuaskan ke-bm-an yang maha duit, anda bisa paham perasaan ini. Mungkin. Saya tumbuh dan cinta dengan dunia penyampaian narasi lewat visual, penyampaian cerita yang bisa diterima, dan pengembangan skenario yang di dasari kinerja hati. Sehingga ketika isi saku berasal dari ke-bm-an yang ngasih duit, ya ego harus ditekan. Itu realistis dan bijak. Nah tapi, saya bisa melihat kearah mana saya akan sampai kalau saya teruskan begini.. menjadi seorang pencipta yang menghasilkan sesuatu tanpa roh, sesuatu tanpa isi, bahkan sesuatu atas dasar ‘ah yodahlah yang penting approve!’ logis, tapi saya kurang puas. Saya masih akan merasa lapar.

Makanya.. saya rasa ini saat yang tepat bagi saya memberi makan sang ego. Saatnya bagi saya memuaskan ke-bm-an hati saya. Saatnya bagi saya menajamkan indra saya yang mulai tumpul. Dan saatnya bagi saya untuk kembali tenggelam dalam kecintaan saya pada dunia itu. Dunia yang membiarkan saya menari dengan hati, melenggok santai dengan naluri.

Saya kembali,
Nyalanya sudah kembali.

(14/30)

--

--